Sudaryono (Dimas
Arika Mihardja)
Guru Besar FKIP Universitas Jambi
ABSTRAK
Pembelajaran puisi, sebagai bagian
integralpembelajaran sastra, memiliki tujuan untuk mempertajam perasaan,
penalaran, daya imajinasi,kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan
hidup pembelajar. Secarakomprehensif pembelajaran puisi dapat memberikankontribusi
positif dalam pendidikan moral, sikap, watak, budi pekerti,pengetahuan budaya,
dan keterampilan berbahasa. Dalam konteks ini dapatdinyatakan bahwa
pembelajaran puisi yang didasarkan padaparadigma dan orientasi baru
implementasinya bertumpu pada kegiatan yangbersifat reseptif, kreatif, dan
produktif untuk menggali, mengenali berbagai macam nilai, serta
mengungkapkannya secaratertulis diyakini dapat membentuk pribadi pembelajar
yang berkarakter. Makalah sederhana ini dimaksudkan untuk memperkenalkan
orientasibaru model pembelajaran kreatif
dan produktif sebagai upaya pembentukan pribadi berkarakter.
Kata-kataKunci: pembelajaran
kreatif dan produktif, pribadiberkarakter
A. PENDAHULUAN
Pembelajaransastra Indonesia memiliki
tujuan untuk mempertajam perasaan, penalaran, dayaimajinasi, kepekaan terhadap
masyarakat, budaya, dan lingkungan hiduppembelajar. Secara komprehensif
pembelajaran sastra Indonesia dapat memberikankontribusi positif dalam
pendidikan moral, sikap, watak, budi pekerti,pengetahuan budaya, dan
keterampilan berbahasa (Periksa Jabrohim, Ed, 1994). Pembentukan pribadi
berkarakter berpangkal tolak dariranah moral, sikap, watak, dan budi pekerti.
Dalam konteks ini dapat dinyatakan bahwa pembelajaransastra dapat bersifat
reseptif, produktif,atau sekaligus reseptif-produktif untuk menggali, mengenali
berbagai macam nilai, serta mengungkapkannya secara tertulis. Pembelajar tidak
cukup dibekali pengetahuan dan sejarahsastra, melainkan juga pengalaman kreatif
mencipta dan menghadirkan(menampilkan) karya sastra dalam setiap pembelajaran
sastra.
Ada empat kecenderungan yang
secaraumum memberikan gambaran tentang situasi dan kondisi paradigma
lamapembelajaran sastra (Periksa Sudaryono, 1992 dan 2007; Sayuti, 2000 dan
2003;Hasanuddin, 2002). Pertama, pembelajaran sastra cenderung
mengarah padasejarah dan teori sastra. Kedua, dalam
pembelajaran sastra pembelajarkurang diberikan ruang yang cukup untuk meresepsi
dan mereaksi sastra. Ketiga,terkesan ada jarak antara pembelajaran sastra dan perkembangan
sastra. Keempat,dalam pembelajaran sastra pembelajar
kurang diberi kesempatan untuk berlatihsecara kreatif dan produktif menciptakan
karya sastra.
Empat kecenderungan itu perlu
diantisipasi oleh pengajardengan mencari orientasi baru dalam upaya untuk
merekayasa pembelajaran sastrayang kondusif, apresiatif, kreatif, dan
produktif. Situasi dan kondisi yangkondusif adalah situasi dan kondisi yang
memungkinkan pembelajar dapat bersifatreseptif, reaktif, dan atraktif selama
proses pembelajaran. Selain itu,pengajar perlu menciptakan strategi
pembelajaran yang apresiatif, yaknistrategi yang tidak bersifat indoktrinatif,
melainkan strategi pembelajaran yangmemungkinkan pembelajar kreatif dan
produktif. Dengan pembelajaran sastra yang kondusif dimungkinkan
terdapatruang-ruang untuk mengeksplorasi pembentukan pribadi pembelajar
yangberkarakter. Makalah sederhana inidimaksudkan untuk memperkenalkan
orientasi baru pembelajaran sastra, yaknipembelajaran kreatif dan produktif
yangberorientasi dan berpangkal tolak dari paradigma pembelajaran
pembentukanpribadi yang berkarakter.
Salah satu masalah yang dihadapi
dalam usahapembangunan bangsa kita dewasa ini ialah pembentukan pribadi
berkarakter. Duniapendidikan berkepentingan melakukan usaha peningkatan pribadi
berkarakter untukmengambil posisi dan menempatkan presisi yang prestise di
tengah karut-marutpersoalan yang dihadapi negeri ini. Pentingnya pembentukan
pribadi berkarakterdi kalangan pembelajar didukung oleh pandangan Norman
Podhoretz (dalamJabrohim, 1994) bahwa “sastra dapat member pengaruh yang sangat
besar terhadapcara berpikir seseorang mengenai hidup, mengenai baik buruk,
mengenai benarsalah, mengenai cara hidup sendiri serta bangsanya”. Pembelajaran
puisi sebagaibagian dari sastra diyakini dapat membentuk dan memajukan pribadi
yang fully functioning person, seorangpribadi yang paripurna
sebagai individu, makhluk social dan sebagai makhlukTuhan.
B. MODEL PEMBELAJARAN
KREATIF DAN PRODUKTIF
Model Pembelajaran Kreatif dan
Produktif (MPKP) mengindikasikan adanya empat prosedur, yakni (1)orientasi, (2)
eksplorasi, (3) interpretasi, dan (4) re-kreasi. Langkahpertama, orientasi,
diawali dengan orientasi untuk mengkomunikasikan danmenyepakati tugas dan
langkah pembelajaran. Pengajar mengkomunikasikan tujuan,materi, waktu, langkah,
dan hasil akhir serta penilaian yang dilakukan.Pengajar dan pembelajar memiliki
kesepakatan tentang hal-hal yang akandilakukan dan dihasilkan selama proses
pembelajaran berlangsung.
Langkah kedua, eksplorasi, pada tahap
ini pembelajarmelakukan eksplorasi terhadap masalah/konsep yang akan dikaji
dengan berbagaicara seperti membaca dan menikmati secara langsung karya sastra,
melakukanobservasi, mencacat kesan, melakukan wawancara, menonton pertunjukan,
melakukanpercobaan, browsing internet. Kegiatan
ini dapat dilakukan baik secara individual maupun secarakelompok. Waktu untuk
eksplorasi disesuaikan dengan luasnya bidang yang harusdiesplorasi. Eksplorasi
yang memerlukan waktu lama dilakukan diluar jampelajaran, sedangkan eksplorasi
yang singkat dilakukan di dalam pembelajaran.
Langkah ketiga, interpretasi. Dalam
tahap interpretasi,hasil eksplorasi diinterpretasikan melalui kegiatan
analisis, diskusi, tanyajawab, atau eksperimen. Interpretasi dilakukan pada
kegiatan tatap muka. Padaakhir tahap interpretasi diharapkan semua pembelajar
telah memahamikonsep/topik/masalah yang dikaji.
Langkah keempat, re-kreasi. Pada
tahap re-kreasipembelajar ditugaskan untuk menghasilkan sesuatu yang
mencerminkan pemahamannyaterhadap konsep/topik/masalah yang dikaji menurut
kreasinya masing-masing.Misalnya dalam apresiasi sastra, pembelajar dapat
diminta menulis skenariodrama dari novel yang sedang dikajinya, atau menulis
kembali sudut pandangseorang pelaku, atau menulis puisi yang paling tepat
mencerminkan satu situasidalam novel. Re-kreasi dapat dilakukan secara individu
atau kelompok. Hasilre-kreasi merupakan produk kreatif dapat dipresentasikan,
dipajang, atauditindaklanjuti. Istilah re-kreasi dapat diartikan sebagai
upaya‘penciptaan kembali’. Dalam imple-mentasinya, pengajar memberikan cukup
ruang bagipembelajar untuk menulis puisi berdasarkan unsur-unsur yang terdapat
di dalampuisi lain yang pernah dibacanya.
MPKP pada prinsipnya dapat
diimplementasikan untuk semuamateri pembelajaran sastra. Dalam artikel ini
ditampilkan implementasi MPKPuntuk pembelajaran puisi. Setelah melewati tahap
orientasi, eksplorasi,dan interpretasi (yang menggambarkanproses menggemari, menikmati,
dan mereaksi), pengajar dapat merancangpembelajaran puisi dengan mengembangkan
tahap re-kreasi, yakni tingkatmemproduksi atau menghasilkan karya. Berikut ini
dikemukakan ilustrasiimplementasi MPKP dalam pembelajaran puisi yang difokuskan
pada pembentukan pribadi berkarakter melalui kegiatanreseptif dan produktif
yang bertumpu pada eksplorasi (1) tema, (2) nada, (3)suasana, dan (4) latar.
Dalam implementasinya, keempat hal ini disajikan secaraterpadu dengan scenario
seperti ini: (1) meresepsi sebuah puisi danmemproduksi sebuah puisiberdasarkan
tema puisi lain yang pernah dibaca, (2) meresepsi nada puisi tertentu dan
memproduksi puisi berdasarkan nada puisi lain yang pernah dibaca,(3) meresepsi
suasana puisi tertentu danmemproduksi sebuah puisiberdasarkan suasana puisi
lain, dan (4) meresepsi danmemproduksi puisi berdasarkanlatar puisi lain.
1. Meresepsi
dan Menulis Puisi Berdasarkan
Tema Puisi Lain
Dalam kegiatan re-kreasi sebaiknya
selalu dihubungkandengan kemungkinan mengemabangkan keterampilan berbahasa
pembelajar, yaknikemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Selain
itu, kegiatanre-kreasi ada baiknya diarahkan untuk mengembangkan cipta, rasa,
karsa, danmenunjang pembentukan watak pembelajar. Berikut ini disajikan sebuah
puisi“Tanah Kelahiran” karya Ramadhan KH sebagai pangkal tolak dalam
pembelajaranpenulisan kreatif puisi berdasarkan persamaan tema.
TANAH KELAHIRAN
Seruling di pasir ipis, merdu
antara gundukan pohonan pina
tembang menggema di dua kaki,
Burangrang—Tangkubanperahu
Jamrut di pucuk-pucuk
Jamrut di air tipis menurun
Membelit tanngga di tanah merah
dikenal gadis-gadis dari bukit
Nyanyikan kentang sudah digali
Kenakan kebaya merah kepewayangan
Jamrut di pucuk-pucuk
Jamrut di hati gadis menurun.
(Ramadhan
KH)
Puisi Ramadhan bertemakan tentang
keindahan alamPriangan, Jawa Barat. Tema keindahan alam dalam puisi Ramadhan
berupapengungkapan pengalaman indria penyair yang dituangkan dengan cara
pelukisan.Pada lukisan tersebut perasaan penyair tampil bersama tanggapan yang
tersirat.Berpangkal tolak dari tema yang sama, pengajar dapat mengarahkan
parapembelajar untuk melakukan kegiatan re-kreasi. Dalam
pengim-plementiannya,pembelajar tidak melakukan rekonstruksi pemandangan alam
Priangan, melainkandiarahkan pada upaya mengapresiasi dan menyerap keindahan di
tempat asalpembelajar. Misalnya, pembelajar berasal dari kota Malang, mungkin akandihasilkan
puisi yang bersangkutan dengan keindahan tempat rekreasi, sepertiberikut.
SELECTA, SATU KETIKA
padang ilalang membentang
selalu bergoyang pagi hingga petang
lambaiannya mengundang senyum
pendatang
kebun agrowisata dan
tanah-tanahpertanian
semua menjanjikan dan
menyajikanlanskap kenikmatan
segalanya tembus pandang, sayang:
plaza, toserba, mengundang
kencanberdua
gunung-gunung berselibut kabut
hingga laut tempat cinta
terpautbergelora di dada
segalanya nganga terbuka, sayang:
etalase cinta
daun jendela
pigura berdinding kaca
segalanya terdedah, sayang:
lembah senyum merekah
ngarai menyemai damai
blewah, mangga, semangka
penyegar jiwa-raga semua tersedia
Terlepas dari kualitas, puisi yang
diciptakan olehpembelajar berjudul “Selecta” secara langsung dapat dihubungkan
denganketerampilan berbahasa. Menghasilkan puisi, merupakan hasil
pengembanganketerampilan menulis. Dalam implementasi pembelajaran, puisi karya
pembelajarsebaiknya dibacakan secara estetis (mengembangkan keterampilan
membacaestetis), disimak oleh pembelajar lain (mengembangkan keterampilan
menyimak),dibicarakan di dalam kelas (mengembanngkan keterampilan berbicara).
Penuangan gagasan tentang keindahan
alam ke dalam wujudpuisi, secara langsung atau tidak langsung, dapat
mengembangkan daya cipta,rasa, dan karsa bahkan dapat membentuk watak, yakni
cinta pada tempattinggalnya, tempat kelahirannya, atau kekayaan panorama yang
dibanggakannya.Selanjutnya, pengajar dapat menindaklajuti dengan pemberian
tugas menciptapuisi berdasarkan tema-tema yang sama. Dalam konteks ini
pembelajar dapatditugasi menulis puisi berdasarkan tempat-tempat yang dapat
menggugah rasaestetis. Puisi-puisi karya pembelajar ini sebaiknya dibacakan,
dibicarakan,dipajang pada majalah dinding atau majalah, atau diantologikan.
Kegiatan-kegiatan itu dapat
menumbuhkan motivasi dannilai-nilai positif. Kegiatan seperti ini sejalan
dengan tujuan pembelajarandan dapat menciptakan situasi pembelajaran yang
apresiatif, aspiratif,kondusif, dan edukatif. Berpangkal tolak dari tema puisi
lain, selanjutnyapengajar dapat memperluas ranah tema: cinta tanah air,
petualangan,kepahlawanan, patriotisme, dan lain-lain. Hal yang selayaknya
menjadi catatanpengajar ialah: kegiatan re-kreasi berdasarkan persamaan tema
atau pengembangantema menuntut pengajar berpandangan luas, adil, dan bersikap
“ngemong” dandapat membimbing, memandu, mengajak, serta mengarahkan pembelajar
mencapaitujuan yang telah dirumuskan. Selain itu, sebaiknya pengajar
memilikipengalaman menulis puisi dan memiliki dasar-dasar apresiasi puisi yang
memadai.
2. Meresepsi
dan Menulis Puisi berdasarkan
Nada Puisi Lain
Nada puisi ialah cara penyair
mengungkapkan pikiran danperasaannya (Sumardjo, 1986). Menurut Sudjiman (1984)
nada ialah gaya atau caramenulis atau berbicara yang khas. Kadang-kadang nada
tulisan mengungkapkankeadaan jiwa atau suasana hati penulisnya. Setiap puisi
yang ditulis olehpenyair tentu memiliki nada yang khas, sesuai dengan keadaan
penyairbersangkutan. Nada Ramadhan KH dalam puisi “Tanah Kelahiran” adalah
perasaankagum atas keindahan tanah kelahirannya, yaitu Priangan. Perasaan kagum
itudingkpkannya dengan pelikisan detail-detail keindahan tanah
kelahirannya.Pengungkapan detail-detail keindahan alam dilakukan oleh penyair
seperti kerjaseorang kameramen yang meyorot detail-detail keindahan alam tanah
Pasundan.
Berpangkal tolak dari sikap
mengangumi tanah kelahirantersebut, pengajar menugasi pembelajar untuk
‘mengabadian’ berbagai perasaan kedalam puisi. Pengajar memberikan ruang dan
kesempatan yang luas bagi pembelajaruntuk mengeksplorasi berbagai sikap
berdasarkan kegiatan re-kreasi. Dari kegiatanre-kreasi, mungkin, diciptakan
puisi seperti ini.
JOGJA, KOTA KATAKU
kukira ini bukan mimpi, tapi tragedi
gempa bumi mengguncang sendisendinurani
dan merapi tiada henti
menggetarkandada kota ini
jogja, kota kataku rata:
tiada tari, nyanyi, juga puisi
jogja, kota mimpiku di atas bara:
gedung agung sepertinya dihuni
mbilung
petinggi dan birokrasi
bingung
membagi sebungkus nasi
jogja, oh, jogja
kukatakan kakakakaku:
aroma teh
dan wangi kopi
tak sempat dinikmati pagi itu
luka itu ah ah ah
nyeri itu ih ih ih
luka dan nyeri itu alangkah perih!
Puisi “Jogja, KotaKataku”
mengungkapkan sikap penulisnya. Nada puisi itu barangkali dapatmenggugah hati,
merangsang empati, menimbulkan simpati karena sikap penyairnyajelas: ada
gambaran sedih, perih, prihatin, dan sikap kritis. Nada puisimemungkinkan
pembelajar yang menulis puisi melakukan eksplorasi seluas-luanyadalam bersikap.
Eksplorasi nada atau sikap penyair
terhadap gempa yangmeluluhlantakkan kota Jogja dan sekitarnya seperti tertuang
dalam puisitersebut pada gilirannya dapat menggambarkan sikap pembelajar.
Dengan strategire-kreasi berdasarkan nada puisi lain, pembelajar dapat secara
leluasabersikap. Sikap-sikap yang diekspresikan oleh pembelajar merupakan
manifestasiberbagai sikap pembelajar dalam menghadapi berbagai peristiwa nyata.
Implementasi strategi re-kreasi
berdasarkan nada puisilain dapat mendukung peningkatan empat keterampilan
berbahasa dan mendukungpengembangan daya cipta, kreativitas, dan dapat
memperkokoh pembentukan watakyang secara kultural, ideologis, dan pragmatis
amat berguna bagi pembentukanpribadi paripurna.
3. Meresepsi
dan Menulis Puisi Berdasarkan
Suasana Puisi Lain
Suasana dalam konteks ini mengandung
pengertian ‘perasaanpenyair’ pada saat menulis puisi. Puisi “Tanah Kelahiran”
menyiratkan bagaimanasuasana perasaan Ramadhan KH, yakni perasaan terpesona
terhadap kejelitaantanah kelahirannya. Berdasarkan suasana yang sama (atau
berbeda) pengajar dapatmerancang re-kreasi. Pengajar, misalnya, dapat merancang
pembelajaran menuliskreatif puisi berdasarkan rasa kagum kepada pemimpin,
tokoh-tokoh masyarakat,pahlawan, dan lain-lainnya.
Dalam kegiatan belajar-mengajar,
pengajar dapatmengarahkan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang ditargetkan.
Pengajar,misalnya, dapat menugasi siswa menulis puisi dengan ‘angle’ seperti
ChairilAnwar mengangumi sosok Diponegoro. Kalau ada pembelajar menulis
puisibedasarkan rasa kagumnya pada sosok B.J. Habibie dalam pengembangan
teknologi,mungkin dihasilkan puisi seperti berikut ini.
HABIBIE, YA,HABIBIE
Bola matamu, ya Habibie,
seluasmatahari
memandang teknologi,
mendulangbesi-besi
seperti Gatotkaca: otot kawat
balungwesi
mengepakkan sayap-sayap di
langittinggi
Aku belajar ilmu pasti, ya Habibie
bukan untuk mengumbar janji
Aku ingin jadi garuda
mengarungicakrawala
menembus segala rahasia semesta
Puisi “Habibie, ya, Habibie”
memaparkan berbagai suasanahati penulisnya. Menghadapi puisi yang ditulis oleh
pembelajar, seorangpengajar hendaknya dapat memberikan penghargaan atau
penilaian objektif danjujur sehingga pembelajar benar-benar termotivasi untuk
memiliki sikap dankemandirisn melalui proses pembelajaran.
4. Meresepsi
dan Menulis Puisi Berdasarkan
Latar Puisi Lain
Latar berhubungan dengan segala
keterangan mengenaiwaktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan dalam karya
sastra (Sudjiman,1984). Latar dalam puisi berupa keadaan sosial, sejarah, dan
sebagainya yangmenjelaskan terjadinya lakuan. Latar “Tanah Kelahiran” dapat
dijadikan pangkaltolak dalam menulis puisi baru. Sebagai variasi, pengajar
dapat mengarahkanpembelajar untuk melaksanakan re-kreasi (penciptaan kembali)
berlatar kota-kotadi Sumatera, Jawa, Kalimantan, Ambon, Bali, dan seterusnya.
Selain itu,pembelajar dapat diarahkan menulis puisi berdasarkan latar sosial,
sejarah,agama, dan lain-lain latar. Contoh puisi yang berlatar daerah Jambi
dapatdihadirkan di sini.
ELEGI BATANGHARI
setelah berkalikali merpati
ingkarjanji
kembali kukaji notasi “Sepucuk
JambiSembilan Lurah”
anakanak negeri ini gemar
benarmengurung diri
melukis mimpimimpi
berlari melintas Aur Duri
aku berdiri merentang panjang
jembatanini
riak dan ombak berontak
sepertikaligrafi
memusar dan melingkari adat tradisi
derap sepatu politisi dan
jaringbirokrasi
aku berlari seperti Acep Syahril
yangnggigil
mindah nasib sendiri (Ketika
IndonesiaBerlari)
aku berlari seperti Ary Setya
Ardhimeratapi dinasti Abunjani
aku berlari membawabawa nyeri
dan Batanghari masih enggan berbagi
Puisi sebagai karya kemanusiaan yang
kreatif, imajinatif,dan sugestif dapat berfungsi memberikan pengaruh positif
terhadap cara berpikirorang mengenai baik dan buruk, mengenai benar dan salah,
dan mengenai carahidupnya sendiri serta bangsanya. Intinya, bahwa puisi dalam
kehidupan manusiajauh dari hal-hal yang bersifat kebendaan. Orientasi hakikat
puisi selalumengarah kepada hal-hal yang bersifat spiritual. Dengan demikian
pembelajaranpenulisan kreatif puisi, sebagai sarana pembentukan pribadi
paripurna, baikdiarahkan pada upaya pembentukan watak dan pribadi yang kreatif
yang berbasispengembangan spiritual.
Sebagai tindak lanjut, untuk
penambahpengalaman individu, pengajar dapat memilih dan memilah bahan berupa
puisi yangbercorak lirik, epik, atau dramatik. Puisi berjenis lirik dikenal
puisi yangtergolong kognitif, afektif, dan ekspresif. Dalam puisi epik dikenl
puisiberupa epos, fabel, dan balada. Dalam puisi dramatik dikenal ode, himne,
elegi,satir, dan parodi. Bahan-bahan itu dapat dilatihkan dan pembelajar
melakukaneksplorasi seluas-luasnya.
C. PEMBENTUKAN PRIBADI BERKARAKTER
Pembentukan pribadiberkarakter
menjadi tujuan utama pembelajaran puisi. Melalui pembelajaran yangbersifat
reseptif, kreatif, dan produktif memungkinkan seluruh potensipembelajar
berkembang sesuai dengan harapan. Dalam kaitan pembentukan pribadi berkarakter,
pembelajaran puisi seyogianya diarahkan pada kegiatan apresiasi
pembelajarterhadap berbagai ragam dan manifestasi karya sastra. Kegiatan
apresiasi sastra merupakan prosesyang menggambarkan adanya empat tingkatan,
yakni (1) tingkat menggemari, (2)tingkat menikmati, (3) tingkat mereaksi, dan
(4) tingkat menghasilkan (Wardani,1981:1-2). Empat tingkatan ini
secarakonseptual mewadahi kegiatan yang bersifat reseptif, kreatif, dan
produktifuntuk pembentukan pribadi pembelajar yang berkarakter.
Pertama, tingkat menggemari ditandai
oleh adanya rasatertarik pembelajar terhadap karya sastra serta berkeinginan
membacanya. Padasaat membaca seseorang pembelajar mengalami pengalaman yang ada
dalam sebuahkarya. Ia terlibat secara intelektual, emosional, dan imajinatif
dengan karyaitu. Dalam peristiwa seperti itu pikiran, perasaan, dan imajinasi
seseorangmelakukan penjelajahan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
pengarang.
Kedua, dalam tingkat menikmati
seorang pembelajar mulaidapat menikmati karya sastra karena pengertian telah
tumbuh. Dengan mengenal,memahami, merasakan, dan mengambil makna pengalaman
orang lain yang dicapaipada tingkat menggemari. Seorang pembelejar jadi
bertambah pula pengalamannyasehingga dapat lebih baik menghadapi kehidupannya
sendiri. Dengan membacasastra seorang pembelajar dapat merasakan kepuasan.
Kepuasan estetik namanya.
Ketiga, tingkat mereaksi ditandai
oleh adanya keinginanpembelajar untuk menyatakan pendapatnya tentang karya yang
telah dinikmatinya.Pada tingkat ini daya intelektual pembelajar mulai bekerja
lebih giat.Seseorang pembelajar mulai bertanya pada dirinya sendiri tentang
maknapengalaman yang didapatnya dari karya sastra. Ia mulai bertanya mengapa
penyairmengungkapkan hal itu, bagaimana implikasinya. Pembelajar pada tingkat
mereaksiini akan memperoleh pengalaman yang lebih dalam dan kenikmatan yang
lebihtinggi berkat kemampuan intelektualnya. Pada tingkat mereaksi ini
dapatdiwujudkan melalui tulisan resensi atau berdebat dalam suatu diskusi
sastra.
Keempat, tingkat produktif. Tingkat
produktif dalamkegiatan apresiasi sastra ditandai oleh kemampuan menghasilkan
karya sastra.Keempat tingkatan apresiasi sastra tersebut memiliki relevansi
dengan ModelPembelajaran Kreatif dan Produktif (MPKP). MPKP diharapkan mampu
meningkatkankualitas pembelajaran, baik di jenjang pendidikan dasar dan
menengah, maupunpada jenjang perguruan tinggi. Depdiknas, (2005:112) menyatakan
“model kreatifdan produktif dikembangkan dengan mengacu kepada berbagai
pendekatanpembelajaran yang diasumsikan mampu meningkatkan kualitas proses dan
hasilbelajar.” Pendekatan itu antara lain belajar aktif, kreatif,
konstruktif,kolaboratif, dan kooperatif. Karakteristik penting setiap
pendekatan tersebutdiintegrasikan sehingga menghasilkan satu model yang
memungkinkan pembelajarmengembangkan kreativitas untuk menghasilkan produk yang
bersumber daripemahaman mereka terhadap konsep yang sedang dikaji.
Beberapa karakteristik yang merupakan
prinsip dasar MPKPadalah pertama, keterlibatan pembelajar secara intelektual
dan emosional dalampembelajaran. Kedua, pembelajar didorong untuk menemukan/
mengkonstruksisendiri konsep yang sedang dikaji melalui penafsiran yang
dilakukan melaluiberbagai cara seperti observasi, diskusi, atau percobaan
(melalui orientasi daneksplorasi). Ketiga, pembelajar diberi kesempatan untuk
bertanggung jawabmenyelesaikan tugas bersama (melalui kegiatan eksplorasi,
interpretasi, dan“re-kreasi”).
Keempat, pada dasarnyauntuk menjadi kreatif, seseorang harus bekerja keras,
berdedikasi tinggi,antusias, serta percaya diri.
D. PENUTUP
Dengan mengacu model pembelajaran
yang relevan, modelpembelejaran kreatif dan produktif diasumsikan mampu
memotivasi pembelajardalam melaksanakan berbagai kegiatan, sehingga mereka
merasa tertantang untukmenyelesaikan tugas-tugasnya secara kreatif dan
produktif. Dampak instruksionalyang dapat dicapai melalui model pembelajaran
kreatif dan produktif antara lain(1) pemahaman pembelajar terhadap suatu nilai,
konsep, atau masalah tertentu;(2) kemampuan pembelajar menerapkan
konsep/memecahkan masalah, serta (3)kemampuan mengkreasikan sesuatu berdasarkan
pemahaman. Dampak lain ialahterbentuknya kemampuan berpikir kritis dan kreatif,
bertanggung jawab, sertabekerja sama. Dampak instruksional dan dampakpengiring
seperti itu hakikatnya merupakan hasil pembentukan pribadiberkarakter bagi pembelajar.
Materi yang sesuai disajikan dengan
model kreatif danproduktif sebagai upaya pembentukan pribadiberkarakter
merupakan materiyang menuntut pemahaman yang tinggi terhadap nilai, konsep,
atau masalah aktualdi masyarakat serta kemampuan menerapkan pemahaman tersebut
ke dalam bentukkarya nyata. Bahan-bahan pembelajaran dalam pembelajaran kreatif
dan produktifperlu diusahakan secara bervariasi. Variasi bahan-bahan
pembelajaran untuk“merangsang” pembelajar dalam pembelajaran sastra hendaknya
mempertimbangan (1)bahasa, (2) psikologi pembelajar, dan (3 latar belakang
budaya yang sesuaidengan kondisi pembelajar.
Model kreatif dan produktif tidak
terlepas dari kelemahandi samping kekuatan yang dimilikinya. Kelemahan tersebut
terkait dengankesiapan pengajar dan pembelajar untuk terlibat dalam nuansa
pembelajaran yangsama sekali berbeda dengan model tradisional (ceramah).
Kelemahan ini dapatdiatasi, misalnya, dengan menyediakan panduan yang memuat
cara kerja yangjelas, petunjuk tentang sumber yang dapat dieksplorasi, serta
deskripsi tentanghasil akhir belajar yang diharapkan. Model ini memerlukan
waktu yang cukuppanjang dan fleksibel, meskipun untuk topik-topik tertentu
waktu yangdiperlukan mungkin cukup dua kali tatap muka ditambah dengan kegiatan
terstrukturdan mandiri.
Dalam pembelajaran apresiasi sastra,
sebaiknya guru“menghadirkan” atau “menampilkan” karya sastra (prosa, puisi,
atau drama) didalam kelas. Upaya menghadirkan sastra ke dalam kelas
realisasinya dapatbermacam-macam, misalnya: sastra dibaca secara estetis, karya
sastra prosadijadikan pangkal tolak untuk menulis kreatif puisi. Sebagai
variasi lain,pembelajar dapat juga diminta menampilkan musikalisasi puisi. Dan
kemungkinanterakhir, guru dapat mengarahkan pembelajar untuk memajang karya
mereka dimajalah dinding sekolah. Pembelajaran apresiasi sastra akan
mendatangkankesenangan dan kenikmatan apabila pelaksanaannya selain kreatif
juga produktif.
RUJUKAN
Hasanuddin. 2002.
”ProblematikPendidikan dan Pengajaran Sastra di Sekolah: Pembelajaran Tanpa
GuruBerkualitas”. Artikel disajikan dalam PILNASHISKI di
Yogyakarta 8—10 September 2002.
Jabrohim (Ed).1994. PengajaranSastra. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar dan FPBS IKIP MuhammadiyahYogyakarta.
Sayuti, Suminto A. 2000.
MenujuPendidikan dan Pengajaran Sastra yang Memerdekakan”. Dalam Sastra:Ideologi,
Politik, dan Kekuasaan. Yogyakarta: Muhammadiyah
UniversityPress dan HISKI Komisariat Surakarta.
Sayuti, Suminto A. 2003.
”MenujuPembelajaran Bahasa dan Sastra yang Bermakna”. ArtikelKongres
BahasaIndonesia VIII. Jakarta 14—17 Oktober 2003.
Sudaryono. 1992. ”Pengajaran
SastraBelum Merdeka”. Artikel dimuat dalam harian PelitaEdisi Minggu,26
Juli 1992, hal. 5.
Sudaryono. 2007. ”Implementasi
StrategiRe-kreasi dalam Pembelajaran Menulis Kreatif Puisi”. Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran CertelVol 3 No 2 Januari
2007, hal.155.
Sudjiman, Panuti. 1994. Kamus Istilah
Sastra. Jakarta:Gramedia.
Sumardjo, Jakob dan Saini KM. 1986. ApresiasiKesusastraan. Jakarta:
Gramedia.
Wardani, IGAK. 1981.
”PengajaranSastra”. Jakarta: Penataran Lokakarya Tahap II Proyek Pengembangan
Guru,Depatemen P dan K.
loading...