oleh Ersis Warmansyah
Abbas
POTENSI. Pengertian
magnet dalam tulisan ini bukanlah secara kamusis, benda yang menghasilkan medan
magnet di ruang sekitarnya, atau, besi yang berisi daya tarik. Inspirasi
dijumput dari seorang pesharing menulis. Tulisnya, kalau bergaul, berkomunikasi
dengan orang-orang yang suka menulis, kita akan terpengaruh. Dan, potensi
menulis akan berkembang.
Bagi saya, pada
tataran tertentu ada benarnya. Pada bagian lain, tidak signifikans. Mengapa?
Saya contoh hal terbaliknya. Saya banyak ‘bergaul’ dengan mereka yang tidak
atau kurang piawai menulis. Karena mereka tidak atau belum mampu menulis,
belajar dari mereka. Mempelajari mereka, apa yang menyebabkan kesulitan dalam
menulis. Dari ‘belajar’ tersebut menulis semakin seru. Ada-ada saja ide tentang
tulisan yang hampir.
Memang, kalau
bergaul dengan pegunjing, akan menjadi pengunjing. Contoh sederhananya,
manakala berdua atau bertiga, membicarakan Si Anu, maka apabila ‘kita’ yang
tidak ada, ‘kita’ yang akan menjadi bahan gunjingan. Hari-hari bergunjing
melulu. Magnet tidak positif tersebut, buang saja.
Sebaliknya, jika
berkomunikasi dengan mereka yang suka menulis, potensi menulis yang sudah
dititipkan Allah swt sejak roh ditiupkan, akan berkempang. Kita akan suka
berbicara, berdiskusi, atau membincang hal-ikhwal menulis. Apalagi asupan
paling utamanya, membaca. Pergaulan secara psikologis dan sosiologis mampu
menjadi magnet dan mempengaruhi.
Asupan Kehidupan
Dalam menulis
pemakaian istiah magnet dapat dipilah pada dua hal. Pertama, apabila kita
bergaul dengan mereka yang suka menulis, membaca hal-ikhwal menulis, atau
mengagumi mereka yang piawai menulis, banyak sedikitnya, diakui atau tidak,
ditolak atau dijauhi, pengaruh tersebut tidak bisa dihindari.
Kedua, magnet
tulisan pada ‘kebermaknaan’ tulisan. Tulisan-tulisan bagus yang cocok dengan
suasana kebatinan seseorang atau banyak orang akan diburu untuk dibaca. Manusia
mempunyai sifat dasar ingin tahu. Misalnya tulisan-tulisan yang ke luar dari
mainstream dilarang sekalipun akan dicari pembaca dengan berbagai cara.
Serial Harry Potter
J.K Rowling, Laskar Pelangi Andrea Hirata atau ASAP Ersis Warmansyah Abbas
‘diburu’ banyak orang untuk memuaskan dahaga baca. Tentu, novel ASAP tidak
sehebat karya Rowling dan Hirata. Bisa-bisanya penulis memberi contoh he he.
Pelajarannya adalah,
kalau berkeinginan menulis, tidak salah memperbanyak membaca tentang perihal
tulis menulis dan tulisan penulis popular. Tetapi, tetap saja menulisnya yang
paling penting. Kalau membaca tentang teknik maling dan bergaul dengan maling
tidak cocok untuk pengembangan keterampilan menulis. Medan magnetnya berbeda.
Harap dicatat,
magnet tulisan menjadi manakala ada kesamaan frekuensi, baik dalam relasi
hubungan kemanusiaan maupun antara tulisan dan pembaca. Kalau tulisan tidak
disenangi pertanda tidak bermagnet. Kalau magnet penulisnya? Abaikan. Bisa
merusak rumah tangga he he.
Bagaimana menurut Sampeyan?
<div id="SC_TBlock_513491" class="SC_TBlock">loading...</div> <script type="text/javascript">
(sc_adv_out = window.sc_adv_out || []).push({
id : "513491",
domain : "n.ads3-adnow.com"
});
</script>
<script type="text/javascript" src="//st-n.ads3-adnow.com/js/adv_out.js"></script>
(sc_adv_out = window.sc_adv_out || []).push({
id : "513491",
domain : "n.ads3-adnow.com"
});
</script>
<script type="text/javascript" src="//st-n.ads3-adnow.com/js/adv_out.js"></script>
loading...