oleh Fitri
Yenti
Selia sebuah nama yang indah, dalam bayanganku awalnya adalah wujud seorang perempuan cantik, lembut, dan bersahaja. Sebuah judul buku antalogi puisi karangan Mahmud Jauhari Ali (MJA). Seorang penyair muda yang begitu luas dan kaya akan kata-kata puitis yang mempesona.
Selia sebuah nama yang indah, dalam bayanganku awalnya adalah wujud seorang perempuan cantik, lembut, dan bersahaja. Sebuah judul buku antalogi puisi karangan Mahmud Jauhari Ali (MJA). Seorang penyair muda yang begitu luas dan kaya akan kata-kata puitis yang mempesona.
Selia
menjadi pilihan kata yang pas baginya untuk mewujudkan banyak objek dalam
baik-bait puisinya. Dengan Selia ia berkomunikasi tentang banyak hal menarik
dalam pengamatannya yang lahir sebagai puisi. Selia menjadi alam, menjadi
kepedihan, dan Selia adalah gambaran kenyataan yang dilukis dengan imajinasinya
yang menerawang jauh. Kemudian menjatuhkannya dalam rangkaian kata-kata yang
penuh makna filosofis yang cukup menyentuh. Bagi MJA Selia juga kegamangan
sekaligus harapan sebuah pencerahan akan kehidupan.
Sebagai penyair muda MJA telah membuktikan ia mampu mengukir karya. Dan menyentak pembaca dalam menelusuri imajinasinya yang mendalam. Buku ini menjadi istimewa karena penulis memperkaya wawasan pembaca dengan beragam kata dari daerahnya (Banjarmasin) yang menjadi ciri khas dalam puisinya.
Sebagai penyair muda MJA telah membuktikan ia mampu mengukir karya. Dan menyentak pembaca dalam menelusuri imajinasinya yang mendalam. Buku ini menjadi istimewa karena penulis memperkaya wawasan pembaca dengan beragam kata dari daerahnya (Banjarmasin) yang menjadi ciri khas dalam puisinya.
Berikut ini
salah satu puisi dalam “Selia” yang saya suka :
Nyanyianmu
Itu
gemericik nyanyianmu mengalun-ngalun
memekikkan sepenggalan pertiwi
kala gemerincing rebana asyik menuai
derap langkah santai
sementara lampu-lampu pijar nyalanya
redup
menyingkap lembar-lembar nyanyianmu
yang menyisakan potongan-potongan tragis
selama tahun-tahun bergaram
kau, di khatulistiwa, berbinar-binar
tawamu
setelah nyanyianmu menenggelamkan
rumah-rumah,
sawah-sawah,
dan memacetkan geliat hidup
nyanyianmu itu
adalah gemuruh yang masih berdengung
tiap kali berita tentang alam berkoar
nyaring
sementara kau, bersembunyi di balik
pintu tanpa sua
by Mahmud Jauhari Ali dalam Selia
Sebagai pembaca awam, yang mencintai puisi, bagi saya buku antalogi puisi MJA ini cukup bagus. Membantu saya untuk lebih berani bereksplorasi memainkan kata-kata. Berimajinasi dan lebih peka pada keadaan sekitar kita.
Begitu banyak sumber inspirasi yang mampu ditelurkan dalam sebuah wujud karya yang nyata. Seperti MJA yang tak kehabisan kata mengalirkan syair dalam lirik-lirik puisinya. Semangat mudanya pantas untuk diapresiasi, dan semoga tertular pada kita.
loading...